Senin, 02 Januari 2012

Anak Berbakat

A. Pengertian Anak Berbakat
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu di kembangkan atau di latih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Untuk bisa terealisasi, bakat harus di tunjang dengan minat, latihan, pengetahuan, dan pengalaman.
Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:
 Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
 Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidan gbahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
 Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
 Kemampuan memimpin yan gmenonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
 Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka "cepat menjadi pandai." Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik dan was-was jika melihat adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak seusianya. Misalnya saja ada anak berumur tiga tahun sudah dapat membaca lancar seperti layaknya anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur lima tahun tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat terjadi bahwa gejala-gejala dan "perilaku aneh" dari anak itu merupakan tanda bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu kiranya perlu para guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya kemampuan istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan isitimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.
B. Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis.
Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
C. Ciri-Ciri Anak berbakat
Sudah sejak dulu para ahli membahas dan meneliti ciri-ciri orang berbakat. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian mereka disusun daftar ciri-ciri anak berbakat, yang satu lebih lengkap dan terperinci daripada yang lain. Martinson (1974) mendaftar ciri-ciri anak berbakat sebagai berikut:
 membaca pada usia lebih muda
 membaca lebih cepat dan lebih banyak
 memiliki perbendaharaan kata yang luas
 mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
 mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
 mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
 menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
 memberi jawaban-jawaban yang baik
 dapat memberikan banyak gagasan
 luwes dalam berpikir
 terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
 mempunyai pengamatan yang tajam
 dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
 berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
 senang mencoba hal-hal baru
 mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
 senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
 cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
 berperilaku terarah kepada tujuan
 mempunyai daya imajinasi yang kuat
 mempunyai banyak kegemaran (hobi)
 mempunyai daya ingat yang kuat
 tidak cepat puas dengan prestasinya
 peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
 menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak banyak berbeda dari anak biasa, hanya anak berbakat memiliki ciri-ciri tersebut dalam derajat yang lebih tinggi.
Karakteristik anak Berbakat Akademik
Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, diantaranya sebagai berikut:
 Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:
1. Kemampuan Umum
- Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.
- Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
- Automatisasi pemrosesan informasi.
2. Kemampuan Khusus:
- Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik (Mis. Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)
- Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
- Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang studi tertentu.
 Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:
a. Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.
b. Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
c. Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d. Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
e. Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.
 Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:
a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan.
d. Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.
e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.
D. Kunci Utama Mengembangkan Bakat Anak
Bakat dalam diri anak meruApakan anugerah sejak lahir yang musti disyukuri. Namun, orangtua tidak boleh hanya berdiam diri. Perlu stimulasi untuk mengasah bakatnya.
Orangtua mana yang tidak ingin anaknya mengukir prestasi. Bakat saja tidak cukup membawa anak menorehkan prestasinya. Ditambah stimulasi dan dorongan, bakat akan menjadikan anak berprestasi. Berbakat memang salah satu kata dalam kamus pengasuhan orangtua yang sering menjadi perbincangan hangat.
Namun, kata itu juga yang paling banyak disalahgunakan. Faktanya, sebagian besar anak-anak sebenarnya tidak berbakat. Saat ini hanya sekitar 2 persen sampai 5 persen anak yang memiliki kemampuan istimewa itu, tentunya dengan berbagai estimasi. Dari angka tersebut, bahkan hanya 1 dari 100 orang yang benar-benar berbakat.
Untuk anak jenius, seperti bisa membaca di usia 2 tahun atau masuk perguruan tinggi pada umur 10 tahun, malah lebih jarang lagi, yaitu 1 sampai 2 orang dalam 1 juta anak. Meskipun telah banyak alat penstimulasi pada bayi agar mereka lebih berbakat, seperti video edukasi, mainan pembelajaran atau kelas pengayaan, tetap saja jumlah anak berbakat tidak merangkak naik.
Intinya, orangtua sulit untuk menciptakan anak berbakat karena bakat merupakan anugerah dari Tuhan yang sudah tertanam sejak lahir. Yang saat ini bisa Anda lakukan adalah mengembangkan bakat tersebut ke jalan yang benar sehingga anak memiliki prestasi yang membanggakan. Namun, tetap yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah kebahagiaan anak baik secara fisik maupun emosional.
Orangtua sulit untuk menciptakan anak berbakat karena bakat merupakan anugerah dari Tuhan yang sudah tertanam sejak lahir. Yang saat ini bisa Anda lakukan adalah mengembangkan bakat tersebut ke jalan yang benar sehingga anak memiliki prestasi yang membanggakan.
Anda tidak boleh memaksakan kehendak yang berujung pada pengekangan yang tentu berakibat buruk pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Untuk mewujudkan hal tersebut, Anda perlu memperhatikan saran dan berbagai nasihat dari ahlinya. Pertama, lupakan tentang kata berbakat terlebih dahulu. Anda tentu memiliki angan-angan tentang apa itu bakat karena tidak ada definisi standar selama ini.
Secara umum, anak berbakat memiliki kemampuan khusus di suatu bidang tertentu. Lima ciri utama yang dikemukakan oleh US Department of Education pada 1993, yaitu anak berbakat unggul dalam segi intelektual, akademis, kreatif, artistik, dan kepemimpinan. Jadi, tidak ada yang terkait dengan kinerja seorang bayi dan balita. “Kata berbakat memang sering disalahpahami,” kata Julia Roberts, direktur Center for Gifted Studies di Western Kentucky University, Amerika Serikat. “Banyak orang belum bisa memahami sebuah anugerah karena mereka mengharapkan keajaiban.
Orangtua yang memiliki anak dengan kategori “sangat mampu” atau “maju” di satu bidang mungkin tidak merasa puas sampai orang lain resmi memberinya label “berbakat”.
Banyak juga orang tua dari anak yang masih berusia di bawah 5 tahun menggunakan tes IQ untuk “membuktikan” kemampuan inteligensia anak mereka. Sebenarnya, tes IQ tidak menjadi patokan terkait sebelum dia masuk sekolah dan bahkan kemudian umumnya dianggap tidak dapat diandalkan. Mengapa? Karena “bakat” biasanya terkonsentrasi pada satu area saja dan tidak mengacu pada inteligensia secara keseluruhan seperti pada tes IQ.
Yang kedua, mulailah mendidik anak dengan hal-hal mendasar. Dalam tiga tahun pertama kehidupan, semua anak harus merasakan besarnya rasa aman dan kasih sayang. Dengan dipeluk, dicintai, dan memenuhi kebutuhan dasar anak, semua kegiatan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran mereka di masa depan.
Dalam tiga tahun pertama kehidupan, semua anak harus merasakan besarnya rasa aman dan kasih sayang. Dengan dipeluk, dicintai, dan memenuhi kebutuhan dasar anak, semua kegiatan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran mereka di masa depan.
Otak yang masih berkembang membutuhkan stimulasi untuk tumbuh dan berubah. Satu hal tentang rasa mencintai adalah mengajarkannya hal-hal baru. Setiap kali bayi Anda mengenal mainan baru, kata-kata, suara, tekstur, rasa, bau, wajah, dan sebuah tempat, dia akan belajar. Anda tidak harus bekerja lembur dan menyediakan waktu lebih untuk membuat hal ini terjadi, segala sesuatu dalam hidup sehari-hari adalah baru bagi bayi.
Yang ketiga, selalu berikan waktu dia untuk bermain. Anak balita sebenarnya tidak perlu program khusus untuk membuatnya seolah “berbakat”, seperti video edukasi atau permainan games di komputer. Tidak ada bukti konkret bahwa alat yang biasa disebut “edutainment” ini dapat meningkatkan kemampuan intelektual anak-anak. Kebanyakan pakar dan pendidik bahkan percaya bahwa anakanak tidak mendapatkan manfaat lebih saat masuk preschool atau bentuk pendidikan anak usia dini yang berorientasi akademis lainnya.
Yang jauh lebih penting adalah anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi semua hal baru tanpa kendala, dan orangtua serta guru juga harus tahu bagaimana mengedukasi anak bahwa belajar itu menyenangkan. “Ketika (belajar) itu menyenangkan dan lucu, saat itulah (ilmu dan pelajaran) masuk ke kepala (anak),” kata Robin Schader PhD, seorang penasihat pengasuhan orang tua di National Association for Gifted Children (NAGC). Penelitian ilmu syaraf mengungkapkan bahwa rasa senang itulah yang membuat otak kita ingin terus mengulang dan mengingat suatu kejadian dan itu pengulangan yang wajar sebagai pemicu untuk terus belajar.
Hal ini membantu menjelaskan mengapa bermain adalah segalanya bagi anak-anak kecil.Begitulah cara mereka belajar, bereksperimen, bermain-main, menunjukkan kreativitas, bekerja melalui perasaan, latihan bersosialisasi, mengembangkan kemampuan bahasa dan matematika, serta melihat dunia dalam cara-cara baru.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan khusus sejak kecil dan yang tumbuh secara alami. Dan bakat tidak hanya berupa kepintaran intelegensi saja tapi banyak macam bakat seperti memasak, melukis, dan lain-lain. Bakat seorang anak tidak bias dipaksakan oleh orang lain.
B. SARAN
Hendaklah bakat seorang anak tersebut dikembangkan sesuai dengan bakat yang dia punya, supaya bakat yang ada pada anak tersebut bias dikembangkan dengan optimal. dan setiap anak yang mempunyai bakat jagan terlalu dipakas dia untuk mengembangkan bakat dia sendiri biarka dia yang mengembangkannya, agar anak tidak merasa tertekan.
DAFTAR PUSTAKA
http://sukasukaaja-kiki.blogspot.com/
http://mahera.net/2011/01/arti-pengertian-defenisi-bakat/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/defenisi-dan-ciri-ciri-anak-berbakat
Anastansi,a.diferential psychology, new York: macmillan,1958
Bingham, w.van d. aptitude testing, new York:herper, 1937
H. akhyar hasibuan.psikologi bahan ilmu prilaku.padang2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini